Antara Fisik dan Amal
Dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad SAW. menyatakan :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ». رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian”. HR. Muslim.
Hadis di atas hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Ibn Hibban, Ahmad ibn Hanbal dan lainnya. Meski terdapat perbedaan pada redaksi matannya namun semua memiliki substansi yang sama yakni bahwa Allah tidak melihat tampilan fisik atau harta seseorang, namun yang Allah lihat adalah hati dan amalnya.
Apa makna dari Allah ‘melihat’ pada hadis di atas? Imam al-Nawawi dalam Syarh Muslim–nya menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah Allah tidak memberikan balasan dan menghitung amal seseorang berdasarkan tampilan fisiknya namun berdasarkan apa yang ada di hatinya. Untuk memahami hadis di atas maka perlu pula kita memahami kata kunci yang ada pada hadis tersebut yakni al-shurah, amwal, qalbu dan ‘amal. Karena Nabi seakan mengajarkan dua hal yang berbeda meskipun saling terkait.
Kata ‘al-shurah’ dalam bentuk kata kerja lanjutan (fi’il mudhari’) terdapat dalam Q.S. Ali Imran/3: 6 di mana Allah Swt. berfirman:
هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (6)
Artinya:
Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam Maqayis al-Lugah, Ibn Faris memaknai kata ‘al-shurah’ dengan ‘hai’ah khilqah’ atau bentuk fisik penciptaan. Karena itu, dalam banyak kitab tafsir seperti Tafsir al-Thabari, Ibn Katsir, al-Sa’di dan lainnya, memahami kata ‘yushawwirukum’ dalam bentuk penciptaan fisik seseorang yakni apakah ia diciptakan sempurna atau cacat, ganteng atau jelek, laki-laki atau perempuan, warna kulit hitam atau merah, bahkan Ibn Katsir menambahkan dengan apakah ia kelak akan sengsara atau bahagia. Pada intinya, kata ‘al-shurah’, baik secara bahasa maupun pemahaman para mufassir, menunjukkan makna keadaan atau tampilan fisik seseorang. Adapun kata ‘al-amwal’ adalah bentuk jamak dari ‘al-mal’ yang berarti harta yang menurut Ibn Manzhur dalam Lisan ‘Arabnya adalah semua yang kita miliki baik berupa emas, perak atau binatang ternak. Singkatnya, ‘al-mal’ adalah segala benda yang kita miliki dan membuat kita puas. Dalam matan riwayat Muslim lainnya, Nabi Saw. menyandingkan antara ‘al-shuwar’ dan ‘al-ajsad’.
Sementara niat dalam al-Furuq al-Lughawiyah dipahami dengan keinginan sebelum berbuat. Adapun ‘amal’ berarti pekerjaan atau perbuatan. Jika dihubungkan dengan niat maka amal berarti implementasi dari niat.
Apa sesungguhnya substansi dari hadis di atas? Hadis tersebut ingin menunjukkan kepada kita perbedaan penting antara fisik dan amal. Tampilan fisik bersifat wahbi atau given. Allah memberikan kepada kita tanpa ada kemampuan kita untuk menolak atau memilih. Fisik adalah sesuatu yang telah Allah tulis dan takdirkan dalam ilmuNya di Lauh al-Mahfuz. Allah menetapkan kepada kita bentuk fisik kita, warna kulit kita, bahasa ibu kita, elok atau jelek rupa kita. Karena fisik bersifat pemberian maka tugas kita hanyalah mensyukuri, menjaga dan merawatnya. Kita dilarang mencela dan merusak pemberian tersebut. Dan karena pemberian juga maka kita tidak diminta pertanggung jawabannya. Untuk itu, hadis tersebut seakan ingin menegaskan bahwa Allah tidak melihat dan menilai dari segi fisik seseorang yang bersifat wahbi atau given. Berbeda halnya dengan niat dan amal. Dua hal terakhir ini bersifat kasbi atau upaya dan usaha manusia. Allah memberikan kita potensi untuk melakukan sesuatu namun keputusan untuk berbuat dan memanfaatkan potensi tersebut diserahkan kepada tiap orang. Ada yang dengan potensi tersebut digunakan untuk keburukan dan kejahatan namun ada juga yang memanfaatkannya dalam hal-hal positif dan kebaikan. Ada yang berbuat maksimal namun banyak pula yang mengabaikan potensi tersebut dengan tidak melakukan satu amal apapun dalam tiap lintas waktunya. Karena niat dan amal bersifat kasbi dan menjadi pilihan seseorang untuk melakukannya maka nilai orang terletak pada amalnya dan Allah menghitung dan menghisab seseorang berdasarkan amal tersebut.
dikutip dari
https://www.uin-antasari.ac.id/antara-fisik-dan-amal/
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
6 kunci menuju sukses menurut Islam
Sejak dini, kita diajarkan oleh guru-guru kita untuk menuntut ilmu tanpa henti. Dalam berbagai mahfuzat yang mudah dihafal dan simpel, kita sering mendengar, “
Akan Ada Masanya
Akan ada masanya doa-doamu akan terwujud dengan cara yang manis. Akan ada masanya kesedihan itu berakhir bahagia. Akan ada masanya harapan-harapanmu sampai pada yang diharapkan dengan s
TETAP AKAN TERTULIS SEBAGAI SATU KEBAIKAN YANG SEMPURNA
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَس
Dzikir Pagi
Dzikir adalah salah satu kegiatan beribadah umat Islam yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dzikir bisa dibaca saat setelah sholat fardhu, di pagi hari, ataupun sore hari.https:/
WAHAI HAMBA ALLAH, JANGANLAH BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
Manusia memang banyak melakukan kesalahan, maka seharusnya selalu bertaubat kepada Allah dan jangan berputus asa dari rahmat Allah.Allah ﷻ berfirman, قُلْ يَا عِبَادِي
Tanda Cinta kepada Allah SWT
Tanda-tanda Cinta Kepada Allah mungkin di antara kita ada yang mengaku mencintai Allah, tetapi sesungguhnya masih tidak mengetahui apa sajakah tanda-tanda cinta padaNya? Berikut ini 7
Daily SMUHSA
Ajibarang, 9 Agustus 2024. Hari jumat di SMK Muhammadiyah 1 Ajibarang dengan suasa yang sejuk dan bergembira. Dan selalu diawali dengan penyambutan siswa, Apel Pagi di lanjutkan dengan
Dzikir pagi
DZIKIR adalah sarana komunikasi antara hamba dengan Rabb-Nya. Amalan ini termasuk ibadah langsung kepada Allah.Selain itu, dzikir merupakan amalan ibadah batin dan lisan yang tidak leka
Berprasangka Buruk
Allah SWT dengan tegas melarang hamba-Nya untuk berprasangka buruk (suuzan). "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu
Lemah Lembutlah dalam Bertutur Kata
Semakin maju zaman, semakin manusia menjauh dari akhlaq yang mulia. Perangai jahiliyah dan kekasaran masih meliputi sebagian kaum muslimin. Padahal Islam mencontohkan agar umatnya berak